Sadarkah Diri Kita Ini ?
 
 Oleh : Muhammad Imam Wahyudi
 Tgl   : 12 Juli 2012
 Di jakarta
 
 Jakarta - Sekeras-kerasnya batu dilautan dan sedalam-dalamnya luasnya 
samudera lautan,pasti akan rapuh juga terkikis oleh benturan air ombak 
biota alam dunia yang begitu kaya raya dengan hasil buminya.
 
 
Urbanisasi selalu berpindah-pindah tempat asalnya jelas dan 
nyata,keagungan tuhan telah dilimpahkan kepada umatnya untuk menjaga 
kelestariannya alam budaya kita.
 
 Kita semua harus punya rasa 
bersyukur,apa ? yang telah dikaruniakan oleh sang pencipta kita yang 
maha mulia dan adil,kita di hidupkan didunia ini dan akan kembali nanti 
kepadanya ditanah alam barzah.(12/07/2012)
 
 Namun rasa 
kebersuyukuran itu tidak pernah kita miliki pada diri kita sendiri,yang 
kini hanya sebagai kiasan antara"ada dan tiada",tuhan yang menciptakan 
hewan,manusia,tumbuhan-tumbuhan dan lain-lainnya.Perihal lainnya 
diciptakan oleh tuhan untuk saling tumbuh untuk berkembang biak secara 
higenik dari metabolisme kehidupan dunia yang penuh dengan tanda 
tanya,untuk keterunan genarasi kita nanti mau jadi apa 
mereka."Nantinya"?.
 
 Keindahan alam harus tercermin pada diri 
kita,kepada kelestariannya fenomena alam dan budaya,semata-mata ini,kita
 hanya membohongi ilusi pikiran itu membayangi reprodruksi sel-sel otak 
untuk memacu lebih keras bekerja dalam pikiran tingkatan tubuh untuk 
tergerak oleh suatu hipnotis khayalan pemikiran dalam dua benda yang 
berlawanan antara kutub utara dan kutub selatan,memecahkan satu solusi 
yang positif berguna untuk kita semaunya dalam berkehidupan.
Tuhan menciptakan kita bukan hanya shalat 5 waktu saja,tapi jika kalau hati kita busuk sama saja tidak mengerjakan kewajiban shalat 5 waktu yang telah diberikan untuk menjalankannya.Sayang sekali hidup manusia di dunia ini penuh dengan misteri kebohongan beragama,"seakan-akan mentabukan dan menyemukan atas keberadaannya".
Hidup penuh dengan kesombangan,hidup penuh dengan kebaikan yang hanya berpura-pura baik saja,hidup dengan rasa kecemburuan faktor ekonomi nyata,hidup penuh dengan ketidakjelasan pemikiran dan iman,hanya sebagai tanda kiasan dan hiasan semata hidup. 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar